Dahulu kala terdapat organisme aquatic yang memberanikan diri untuk memulai kehidupan baru menuju daratan. Tentu saja bukan hal yang mudah bagi organisme tersebut untuk berpindah, perlu banyak persiapan dan kesiapan untuk tetap mempertahankan spesiesnya tetap eksis di muka bumi. Bertahan hidup di daratan dengan melewati banyak perubahan iklim dan kondisi bumi yang tidak stabil membuat organisme tersebut dipaksa untuk menyesuaikan diri dengan kejamnya lingkungan agar sekali lagi spesies mereka tetap eksis di muka bumi. Perjalanan panjang ini mengantar organisme yang awalnya makhluk air yang nekat naik ke daratan berubah menjadi reptil, kemudian berubah lagi menjadi mamalia kecil kemudian berubah menjadi kera hingga akhirnya menyandang sebagai makhluk hidup yang mampu mendominasi planet Bumi atau yang kita kenal sebagai Manusia Modern.
Sampai sekarang masih belum ada satu pun di muka bumi ini yang mampu menggantikan takhta manusia sebagai spesies yang mampu mendominasi planet kita. Hal ini terjadi karena kemampuan manusia untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan secepat mungkin dari makhluk hidup lain. Kemampuan ini diperoleh manusia dengan melihat dan belajar dari fenomena alam sekitarnya kemudian mereka mampu mengolah dan mengendalikannya, seperti yang dilakukan oleh nenek moyang manusia yang tidak dilakukan oleh makhluk hidup lain yang mampu menggunakan api sebagai alat mereka untuk berburu dan bertahan hidup dari predator. (Yuval Noah Harari. Sapiens)
Namun demikian, meski masih menyandang sebagai spesies penguasa bumi, manusia tetap saja masih menyesuaikan diri. Kapankah manusia akan berhenti untuk menyesuaikan diri?
Zaman sekarang ini kebutuhan manusia semakin kompleks dan dinamis. Kebutuhan primer (Sandang, pangan dan papan) yang telah terpenuhi pun yang sejatinya memang harus terpenuhi masih dianggap kurang. Berbeda dengan zaman dahulu dimana manusia merasa sangat cukup jika kebutuhan primer tersebut terpenuhi. Hal ini mengisyaratkan pergeseran kebutuhan yang terjadi pada manusia modern. Kebutuhan manusia akan selalu ada dan mereka akan selalu berusaha untuk memenuhinya, entah apa pun keadaan yang menghalangi mereka akan terus beradaptasi dalam upaya pemenuhan kebutuhan tersebut.
Pandemi Covid-19 yang sekarang ini menjadi obstacle dari segala lini kehidupan manusia baik ekonomi, sosial, politik, dan pendidikan tidak menyurutkan usaha manusia untuk tetap bertahan memenuhi kebutuhannya. Seperti sistem pendidikan konvensional yang tatanannya dirombak sedemikian rupa untuk tetap mempertahankan nilainya. Covid-19 seakan memaksa keadaan untuk senantiasa berada di zona yang mengharuskan era konvensional tidak dapat dilakukan, namun dilain sisi nilai-nilai pendidikan harus tetap tertanamkan kepada generasi penerus bangsa.
Untuk menjawab permasalahan ini, perlu dilakukan perubahan besar-besaran terhadap tatanan yang ada, hal ini dikenal dengan istilah disrupsi. Era disrupsi menggambarkan terjadi perubahan gaya hidup yang sangat mendasar di seluruh dunia. digitalisasi yang merupakan inovasi manusia yang dianggap sebagai jawaban paling bijak agar pendidikan tetap berjalan. Awalnya sangat sulit bagi seluruh stake holder untuk hijrah dari dunia konvensional menuju dunia baru yang pastinya akan menjadi awal perjalanan hidup manusia, namun manusia harus tetap tegar agar spesies mereka tetap eksis di muka bumi.
Sistem pendidikan yang mengharuskan interaksi fisik secara langsung dikurangi (Kuliah Daring / Hybrid) agar mengurangi dampak global dari pandemi memang mampu menjadi jawaban untuk permasalahan ini. Akan tetapi apakah langkan ini efektif? Menurut saya jika kita berorientasi kepada hasil penanaman nilai-nilai pendidikan tentu saja hal ini masih kurang efektif, langkah ini memberikan ruang kepada mahasiswa untuk lebih banyak mengeksplore materi perkuliahan karena mereka mampu mengakses dari rumah. Disisi lain, sistem baru ini memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk tidak mengeksplore materi perkuliahan karena mereka berasa di luar pengawasan fasilitator perkuliahan. Terlebih lagi masih ada beberapa disiplin ilmu yang tidak cocok dengan sistem pendidikan baru ini, menjadikannya sebagai hal yang dilematis. Namun jika kita berorientasi kepada kebutuhan kita untuk tetap ingin nilai-nilai pendidikan yang ada di Indonesia tetap terdistribusi, ini merupakan langkah yang bisa terbilang cukup bijaksana karena ini membuktikan bahwa kita mampu beradaptasi dengan keadaan yang memaksa kita untuk menemukan solusi baru dalam waktu yang singkat.Adaptasi adalah kunci untuk suatu spesies tetap eksis di muka bumi ini. Perjalanan panjang manusia sebagai spesies yang mendominasi planet ini masih berlanjut. Apakah manusia akan tetap mampu mempertahankan gelar tersebut selama-lamanya? Ataukah mereka akan dilengserkan oleh spesies lain? Semuanya akan tergantung seberapa berkualitas adaptasi spesies tersebut.
Referensi:
Yuval Noah Harari. Sapiens
Handayani SA. HUMANIORA DAN ERA DISRUPSI TEKNOLOGI DALAM KONTEKS HISTORIS. 2020
Kompasian
Bdkjakarta.kemenag
Penulis: A. Muh. Syawal
DIUNGGAH PADA 28 MARET 2022
EDISI MARET 2022
Kecerdasan buatan atau biasa dikenal dengan AI adalah kemampuan perangkat digital seperti komputer atau robot dalam menjalankan tugas dengan kecerdasan seperti manusia. Kecerdasan buatan sendiri saat ini masih tengah dikembangkan agar dapat mengikuti kecerdasan yang betul-betul seperti manusia pada umumnya. Seperti kemampuan seperti dapat menyampaikan pendapat, belajar dan berkembang mengikuti pengalaman, dan memahami makna suatu hal. Kecerdasan buatan sendiri dikembangkan sekitar tahun 1940 dimana pada saat itu kecerdasan buatan di demonstrasikan dengan menggunakan komputer yang dapat menjalankan program yang sangat kompleks seperti menyelesaikan perhitungan teorema matematika atau bermain catur dengan baik. Berdasarkan Barr dan Feigenbaum, AI merupakan bagian dari komputer sains dengan kemampuan seperti manusia dan bertindak, berfikir, belajar, menyelesaikan masalah seperti manusia, dan masih banyak lagi. AI sendiri mirip dengan bidang lainnya, dimana dapat berkembang dalam bidang mana saja, salah satunya adalah bidang kedokteran gigi.
Kecerdasan buatan dalam kedokteran gigi dapat meliputi kemampuan untuk menjalankan beberapa pekerjaan dalam klinik dengan ketepatan yang baik, tidak memerlukan pegawai yang begitu banyak, memiliki tingkat kesalahan yang lebih rendah dibandingkan manusia, mengambil alih dalam melakukan reservasi, membantu proses diagnosis klinis, dan perencanaan perawatan. Selain itu, program kecerdasan buatan juga dapat menunjukkan akurasi yang baik, tingkat sensitifitas yang baik, dan presisi dalam mendeteksi klasifikasi maloklusi dalam ortodonti. Program kecerdasan buatan juga dapat mendeteksi dan melakukan klasifikasi terhadap restorasi pada radiografi panoramic dengan bantuan dalam mendeteksi abnormalitas maksilofasial seperti penyakit periodontal, karies akar, lesi bony, dan lainnya.
Potensi kecerdasan buatan dalam bidang Kesehatan dapat mencapai tingkat kemampuan kecerdasan yang tinggi, dimana kedepannya diharapkan kecerdasan buatan dapat berkembang lebih jauh agar dapat menjalankan diagnosis yang lebih akurat dan memiliki tingkat kesalahan yang rendah agar kedepannya dapat mencapai kondisi perawatan pasien dengan kualitas yang sangat baik, serta interpretasi hasil diagnosis radiologi yang sangat baik dengan mengembangkan kualitas representasi piksel dan tingkat kecerahan hasil radiografi agar kedepannya dapat dilakuikan Analisa yang lebih baik lagi. Dalam proses pengembangan AI bergantung pada koordinasi dari teknisi software yang baik dan juga orang yang ahli dalam melakukan pengembangannya.
Referensi:
Britannica.com
Hindawi.com
Pubmed.ncbi.nlm.nih.gov
Penulis: Muh. Ridzki Putra Pratama
DIUNGGAH PADA 20 MARET 2022
EDISI MARET 2022
World Oral Health Day atau Hari Kesehatan Gigi dan Mulut Sedunia adalah kampanye kesadaran akan kesehatan gigi dan mulut yang diperingati setiap tanggal 20 maret. World Oral Health Day disponsori oleh FDI World Dental Association. “Be Proud of Your Mouth” atau dengan kata lain bangga akan gigi dan mulutmu adalah tema yang diusung sejak tahun 2021 hingga 2023 oleh FDI World Dental Association. Di momen ini, para dokter, mahasiswa, kelompok pemuda, dan orang-orang dari segala usia akan mempromosikan perubahan tahun ini dengan menekankan pentingnya kesehatan gigi yang baik untuk kesehatan secara keseluruhan dan bagaimana hal itu dapat memperbaiki kualitas hidup masyarakat. Gigi dan mulut yang tidak sehat tidak hanya berdampak pada kesehatan secara umum tetapi juga dapat berdampak parah pada emosional, sosial, mental, dan fisik orang secara keseluruhan. Oleh karena itu, orang-orang mengkampanyekan “Be Proud of their Mouth for their happiness and well-being” atau bangga akan gigi dan mulut mereka untuk kebahagiaan dan kesehatan mereka.
Mengapa hari ini penting untuk diperingati? Penyakit gigi dan mulut mempengaruhi banyak individu di seluruh dunia, tetapi hal itu dapat dicegah dengan meningkatkan kesadaran dan mendidik masyarakat. Selain itu, hari ini diperingati untuk menyebarkan informasi seputar pencegahan, diagnosis, dan strategi pengobatan terhadap penyakit gigi dan mulut. Setiap Organisasi Kesehatan Gigi Nasional, lembaga resmi dan non pemerintah, serta media didorong untuk terlibat dalam upaya di tingkat internasional dan nasional dalam rangka meningkatkan kesehatan gigi dan mulut.
Referensi:
FDI Oral Heatlh Campus. World Oral Health Day 2022: how can industry drive innovation to improve oral health? [internet]. Fdiworlddental.org. [cited 2022 March 11]. Available from: https://www.fdiworlddental.org/get-ready-world-oral-health-day-2022-campaign.
National Today. World Oral Health Day – March 20, 2022 [internet]. Nationaltoday.com. [cited 2022 March 12]. Available from: https://nationaltoday.com/world-oral-health-day/.
World Health Organization. Oral Health: Achieving Better Oral Health as Part of The Universal Health Coverage and Noncommunicable Disease Agendas Towards 2030 [internet]. Apps.who.int. [cited 2022 March 12]. Available from: https://apps.who.int/gb/ebwha/pdf_files/EB148/B148_8-en.pdf.
Kane, SF. The Effects of Oral Health On Systemic Health. General Dentistry. 2017; 411: 30.
Penulis: Tharisya Amiharna Kayla
DIUNGGAH PADA 20 MARET 2022
EDISI MARET 2022
Mehmed II atau juga dikenal sebagai Muhammad Al Fatih merupakan sultan ketujuh dari Turki Utsmani dan usianya sangat muda.1 Kejatuhan Konstantinopel adalah suatu peristiwa penyerbuan ke ibukota Kekaisaran Byzantine oleh tentara Ottoman pada 29 Mei 1453. Para penyerang dipimpin oleh Sultan Mehmed II yang berusia 21 tahun, mengalahkan pasukan yang dikomandoi oleh Kaisar Constantine XI Palaiologos dan mengambil kontrol akan ibukota kerajaan.2
Konstantinopel telah menjadi ibukota Kekaisaran Romawi Timur atau Kekaisaran Byzantine sejak tahun 330/324 oleh Kaisar Romawi Constantine yang Agung (Constantine I). Dalam sebelas abad setelahnya dalam sejarah Konstantinopel, kota tersebut telah dikepung berkali – kali namun hanya pernah ditembus sekali saja, yaitu ketika peristiwa The Fourth Crusade tahun 1204.
Jatuhnya konstantinopel dimulai ketika Sultan Mehmed II meneruskan kepemimpinan ayahnya pada 1451 ia baru berusia 19 tahun. Mehmed II memiliki satu hal yang para penyerang kerajaan konstantinopel sebelumnya tidak punya, yaitu meriam yang berukuran panjang 9 meter dengan mulut sebesar satu meter yang dapat menembakkan bola seberat 500 kilogram sejauh 1,5 kilometer. Sekaligus merupakan salah satu meriam zaman sejarah tersbesar yang ada sampai saat ini. Selain meriam, Mehmet II juga mengerahkan 140 buah kapal perang dan 320 buah perahu dengan angkatan tentara berjumlah 150 ribu orang, termasuk 12 ribu pasukan khusus Janisari yang terlatih. 2,3
Upaya penaklukkan ibu kota Byzantium ini tidak mudah. Sebab setelah dua pekan serangan dilancarkan, kota itu masih mampu bertahan. Salah satu faktor kegagalan itu karena keterbatasan serangan yang dilancarkan dari darat. Karena itulah, pada 21 April hingga 22 April, Mehmet II mengerahkan kapal perangnya agar diseret melalui Bukit Galata menuju ke Tanduk Emas (Golden Horn). Sehingga, serangan dilakukan dari laut agar lebih efektif. Dengan bantuan kayu bulat yang dihaluskan menggunakan lemak sapi, satu landasan diwujudkan guna memudahkan kapal itu diseret menaiki bukit. Strategi ini rupanya mampu memecahkan pertahanan musuh. Namun, penaklukan belum sepenuhnya berhasil.
Strategi demi strategi dilakukan. Sultan Mehmet kemudian memutuskan untuk melakukan serangan utama dan memerintahkan pasukannya beristirahat dan berpuasa sebelum serangan dilakukan. Sang sultan tidak hentinya memberikan semangat pada bala tentaranya. Hingga pada Rabu pagi pada 29 Mei 1453, serangan dimulai dari pengerahan tentara yang kurang mahir hingga tentara yang lebih terlatih. Pasukan pemanah dan tentara janisari yang lebih terlatih juga dikerahkan. Serangan secara terencana ini akhirnya membuahkan hasil dan membawa jatuhnya Konstantinopel ke tangan kekhalifahan Turki Utsmani. Dengan penaklukkan yang dilakukan itu, kota Konstantinopel diubah namanya menjadi Istanbul.3
Melihat dari kisah Muhammad al-Fatih, yaitu seorang pemuda dengan umur yang terbilang cukup muda dan berhasil memimpin pasukan yang begitu banyak, dapat saya simpulkan bahwa umur bukanlah parameter untuk menentukan kualitas dari individu tersebut. Tetaplah isi diri dengan ilmu dan selalu berusaha serta memanfaatkan peluang merupakan salah satu jalan menuju optimalnya potensi pada tiap individu.
Referensi:
Retno D. Peristiwa jatuhnya konstantinopel pada tahun 1453 [Internet]. Sejarah Lengkap. [cited 1 March 2022]. Available from: https://sejarahlengkap.com/dunia/peristiwa-jatuhnya-konstantinopel# :~:text=Kejatuhan %20Konstantinopel%20adalah%20suatu%20peristiwa,mengambil%20kontrol%20akan%20ibukota%20kerajaan
Iswara AJ. Kisah perang sejarah penaklukan konstantinopel oleh turki ottoman [Internet]. Kompas. [cited 1 March 2022]. Available from: https://internasional. kompas.com/read/2021/04/20/160000170/kisah-perang-sejarah-penaklukan-konstantinopel-oleh-turki-ottoman?page=all
Nursalikah A. Strategi genius muhammad alfatih taklukkan konstantinopel: part 1 [Internet]. Republika. [cited 1 March 2022]. Available from: https://www.republika. co.id/berita/q6nj5w366/strategi-genius-muhammad-alfatih-taklukkan-konstantinopel-part1
Penulis : Muh. Yusuf Aqyla
DIUNGGAH PADA 2 MARET 2022
EDISI MARET 2022