Kegiatan kokurikuler adalah semua kegiatan kampus yang tidak berdasarkan unsur-unsur kurikulum, tetapi masih ada kaitannya, meliputi kegiatan studi ekskursi, lomba karya ilmiah, lomba tulis ilmiah, bhakti masyarakat, kegiatan dalam organisasi mahasiswa prodi, bimbingan belajar, penyelenggaraan kegiatan ilmiah dan lain-lain. Kegiatan kokurikuler adalah kegiatan yang dilaksanakan di luar kegiatanintra-kurikuler tetapi sangat menunjang kegiatan akademik. Kokurikuler ini masuk dalam daftar matakuliah yang diprogramkan oleh angkatan 2018 yang memiliki 2 SKS, maka dari itu BEM FKG UH akan mengeluarkan nilai kokurikuler minimal satu kali dalam sebulan untuk mengevaluasi perkembangan nilai kokur KM FKG UH.
Adapun rekapitulasi nilai kokurikuler angkatan 2018 FKG UH untuk bulan Desember 2020, sebagai berikut:
Minggu (20/12) BEM FKG Unhas menyelenggarakan salah satu program kerja Bidang 2 BEM FKG Unhas yang bertujuan untuk mensosialisasikan kesehatan gigi dan mulut kepada masyarakat dan sebagai salah satu media yang membantu masyarakat berinteraksi dengan profesional bidang kesehatan gigi dan mulut yang berkompeten, yaitu Dentalk. Sesuai dengan kondisi sekarang ini, Dentalk pertama diberi tema “Upaya Pencegahan dan Perawatan Kesehatan Gigi dan Mulut Sebagai Bentuk Adaptasi Kebiasaan Baru di Masa Pandemi COVID-19”. Kegitan Dentalk dilaksanakan live via akun instagram @bemfkgunhasselama satu jam, dari pukul 19.30 hingga 20.30 dengan narasumber drg. Yossy Yoanita Ariestiana, Sp.BM.
Dokter Yossy menyampaikan bahwa beberapa masyarakat terkadang masih sangat membutuhkan perawatan gigi dan mulut (misalnya pasien perawatan saluran akar atau pasien orthodontic) dalam suasana pandemi COVID-19. Namun, akibat tingginya laju kasus positif COVID-19, terutama di Kota Makassar beberapa hari belakangan, banyak praktik dokter gigi yang tutup. Penyebaran COVID-19 tentunya akan sangat tinggi pada tempat praktik kedokteran gigi, mengingat perantara utama penularan virus SARS-COV2 adalah droplet. Hal ini tentunya menyebabkan beberapa pasien kebingungan mencari tempat praktik atau rumah sakit yang menerima pasien gigi dan mulut.
Tingginya permintaan perawatan gigi dan mulut akhirnya mendorong World Health Organization (WHO) dan Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) mengeluarkan rekomendasi perawatan dengan pemberlakuan teledentistry/ telemedicine, yaitu konsultasi dengan dokter gigi melalui telepon genggam mengenai seberapa daruratnya kasus yang dialami pasien. Beberapa perawatan pasien dapat selesai melalui screening jarak jauh, namun ada juga pasien yang membutuhkan tindakan langsung. Screening dilakukan pasien dengan mengisi kuisioner terkait sakit yang dirasakan. Jika pasien harus datang ke praktik kedokteran gigi, kesehatan pasien terkait gejala COVID-19 dievaluasi terlebih dahulu. Kontak fisik pasien dengan orang-orang yang positif COVID-19 juga dievaluasi. Perawatan pasien dibagi menjadi:
Elective care: perawatan dapat ditunda hingga 2 minggu, perawatan awal dapat dilakukan melalui telemedicine
Urgent care: jika pasien mengalami nyeri akut (acute pain) atau pembengkakan, dapat diberi manajemen farmakologi (diberi obat-obatan)
Emergency care: pasien harus ditangani di tempat praktik dokter gigi
Memasuki fase new normal, perawatan pasien gigi dan mulut sedikit ‘dilonggarkan’ (pasien tidak lagi harus pada fase emergency care), namun tentunya tetap mengikuti protokol kesehatan yang ketat. Tenaga medis bidang kedokteran gigi diwajibkan memakai APD level 3, dan screening kesehatan pasien terkait gejala-gejala COVID-19 masih diberlakukan. Bahkan beberapa tempat praktik kedokteran gigi mengharuskan pasien melakukan rapid test, swab, atau PCR sebelum datang ke tempat praktik.
Setelah pemaparan materi, kegiatan diakhiri dengan sesi tanya-jawab antar masyarakat dan drg. Yossy Yoanita Ariestiana, Sp.BM melalui fitur question box. Nantikan terus Dentalk setiap bulannya di instagram live @bemfkgunhas!
Penulis: Al Ghumaisha
Kamis (10/12) BEM FKG Unhas menyelenggarakan salah satu program kerja Bidang 1 BEM FKG Unhas, yaitu kajian islam rutin. Sedikit berbeda dengan kajian-kajian rutin sebelumnya, kali ini kajian diselenggarakan secara daring via aplikasi zoom untuk pertama kalinya. Kajian bertajuk “Pandemi: Tingkatkan Iman atau Imun?” ini dibawakan oleh Bapak Ustadz Khaerul Tasnim, S.H. dan dapat dihadiri secara umum oleh muslim atau muslimah yang berminat. Meskipun keadaan saat ini belum memungkinkan dilaksanakannya kajian tatap muka, namun jumlah peserta kajian yang mencapai 90 orang menunjukkan cukup tingginya antusiasme terhadap kajian ini. Kegiatan yang dimulai dengan pembacaaan ayat suci Al-Qur’an dibuka pukul 16.00 WITA dan berlangsung hingga pukul 17.40 WITA.
Bapak Ustadz Khaerul Tasnim, S.H. mengawali ceramah dengan menegaskan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan menurunkan suatu penyakit jika tidak ada obatnya, sehingga sebagai umat muslim, kita harus bersabar dengan adanya cobaan pandemi.
Dalam ceramah, beliau mengatakan salah satu sumber penyakit adalah rasa pesimis akibat berburuk sangka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Penyakit tidak akan datang kepada orang yang kondisi emosinya baik (bahagia). Prasangka baik terhadap Sang Pencipta harus selalu ditanamkan dalam diri seseorang agar mereka senantiasa merasa bahagia. Perasaan bahagia akan membuat tubuh manusia memproduksi hormon endorfin, hormon yang mencegah memburuknya emosi. Hormon endorfin yang dihasilkan secara natural lebih kuat dibandingkan hormon hasil konsumsi morfin sintetis. Guna menjaga ketenangan hati dan menumbuhkan prasangka baik terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala, kita harus senantiasa menjaga keimanan dan beribadah dengan tata cara yang benar.
Setelah materi selesai disampaikan, kegitan diakhiri dengan sesi tanya jawab peserta. Harapannya dengan terlaksananya kegiatan kajian islam rutin kali ini, kita dapat memperkaya wawasan islam, serta selalu mencoba menjadi versi terbaik diri kita semua.
Penulis: Al Ghumaisha